Bulan Syawal lebih dikenal dengan bulan kemenangan karena sebulan penuh di bulan Ramadlan telah melawan hawa nafsu dengan berpuasa. Kemenangan ini bukan berarti kita bebas mengumbar nafsu yang sebulan telah tertahan atau telah terbebas dari melakukan amal kebaikan. Justru kemenangan ini harus kita isi dengan menambah amal kebajikan. Kita buka lembaran baru setelah mendapat maghfirah di bulan Ramadlan. Dalam kitab
Lathaiful Ma’arif karya Al Imam Ibn Rajab Al Hambali disebutkan:
ليس
العيد لمن لبس الجديد إنما العيد لمن طاعاته تزيد
ليس
العيد لمن تجمل باللباس و الركوب إنما العيد لمن غفرت له الذنوب
Bukanlah
hari raya itu milik orang yang berpakaian baru, akan tetapi hari raya itu milik
orang yang ketaatannya bertambah
Bukanlah
hari raya itu milik orang yang berhias dengan pakaian yang indah dan kendaraan yang mewah, tetapi
hari raya itu adalah milik orang yang telah diampuni dosa-dosa baginya.
AMALAN-AMALAN BULAN SYAWAL:
1.
Sunah membaca takbir
muqayyad dan takbir mursal
Takbir muqayyad yaitu takbir yg mengikuti shalat, dibaca setelah melaksanakan
shalat baik fardu maupun sunnah.
Takbir mursal adalah takbir yang tidak mengikuti shalat. Takbir mursal
disunahkan bagi laki-laki maupun perempuan pada setiap waktu di manapun (jalan,
masjid, pasar dan lain-lain) yang di mulai dari terbenamnya matahari malam
‘Idul Fitri/’Idul Adlha sampai imam melakukan takbiratul ihram shalat ‘Idul
Fitri/’Idul Adlha. Adapun bacaan takbirnya adalah:
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ
أكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
اللهُ أكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَلاَنَعْبُدُ اَلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ
لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ اَللَّهُ اَكْبَرُ
اَللَّهُ اَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
2.
Menghidupkan malam
hari raya dengan ibadah
Nabi Muhammad SAW bersabda :
مَنْ أَحْيَا لَيْلَةَ الْعِيْدِ
لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوْتُ الْقُلُوْبُ
“Barangsiapa yang
menghidupkan malam ‘iid, maka hatinya tidak akan mati di hari hati menjadi mati
“
3.
Haram berpuasa pada
hari raya
Larangan berpuasa pada hari
tersebut berdasarkan hadits berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله
عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ
يَوْمِ الأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ
Dari Abu Hurairah RA bahwa
Rasulullah SAW melarang puasa pada dua hari: Idul Fithri dan Idul ‘Adha. (HR.
Muslim)
4.
Shalat ‘Idul Fitri
Shalat ‘Idul Fitri adalah
shalat 2 raka’at dan hukumnya sunah mu’akkadah. Adapun waktunya dimulai sejak
terbitnya matahari di hari raya hingga matahari condong ke barat. Tempat untuk
melaksanakan shalat id ini boleh di mushalla, mesjid, tanah lapang atau
tempat-tempat lainnya. Pada shalat ied tidak disunatkan adzan ataupun iqamah.
Kesunnahan-kesunnahannya:
a.
Mandi, waktunya sejak
tengah malam hingga menjelang sholat.
b.
Memakai pakaian
terbaik dan memakai wangi-wangian. Kesunnahan ini baik orang yang di rumah atau
keluar menuju masjid, orang tua, muda, yang sholat atau pun tidak.
c.
Mengakhirkan waktu
sholat idul fitri hingga matahari seukuran tombak
d.
Shalat id sebaiknya
dilakukan secara berjamaah
e.
Takbir 7 kali pada
rakaat pertama setelah membaca doa iftitah (tidak termasuk takbiratul ihram),
dan takbir 5 kali pada rakaat kedua sebelum membaca surat Al-Fatihah (tidak
termasuk takbir yang dilakukan karena berdiri dari sujud)
f.
Mengangkat kedua belah
tangan setinggi bahu (ujung jari-jari sejajar dengan telinga) pada setiap
takbir
g.
Membaca tasbih sebelum
takbir yang 7 kali dan 5 kali
h.
Pada rakaat pertama
sesudah Al-Fatihah membaca surat Qaaf atau surat Al-A'laa dan pada rakaat kedua
membaca surat Al-Qamar atau surat Al-Ghaasyiyah
i.
Imam menyaringkan (jahr)
pada bacaan Fatihah dan surat
j.
Selesai shalat id
dilakukan 2 khutbah sebagaimana 2 khutbah Jum'at namun dimulai dengan membaca
takbir. Pada khutbah pertama membaca takbir 9 kali berturut-turut. Sedangkan
pada khutbah kedua 7 kali berturut-turut baru dilanjutkan dengan membaca
"hamdalah" dan seterusnya
k.
Wanita-wanita haid
dianjurkan untuk mendengarkan khutbah di hadapan pintu-pintu masjid.
l.
Datang lebih pagi bagi
selain imam.
m. Berangkat dari satu jalan dan pulang dari jalan yang lain.
Dan dianjurkan berangkat di jalan yang berjarak panjang (lama), karena pahala
keberangkatannya lebih besar dari pahala pulangnya.
n.
Makan sebelum
berangkat sholat idul fitri. Lebih utama dengan kurma dengan jumlah ganjil.
5.
Silaturahim kepada
orang ‘alim
قال النبي صلى الله عليه وسلم:
مَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَنَمَّا زَارَنِي، وَمَنْ صَافَحَ عَالِمًا فَكَأَنَّما
صَافَحَنِي، وَمَنْ جَالَسَ عَالِمًا فَكَأَنَّما جَالَسَنِي في الدُّنْيَا،
وَمَنْ جَالَسَنِي في الدُّنْيَا أَجْلَسْتُهُ مَعِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ
Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa
mengunjungi orang alim maka ia seperti mengunjungi aku, barangsiapa berjabat
tangan kepada orang alim ia seperti berjabat tangan denganku, barangsiapa duduk
bersama orang alim maka ia seperti duduk denganku didunia, dan barangsiapa yang
duduk bersamaku didunia maka aku mendudukkanya pada hari kiamat bersamaku.”
(Kitab Lubabul Hadits)
6.
Puasa 6 hari
Puasa ini mempunyai keutamaan
yang sangat istimewa. Rasulullah SAW dari Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ
أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa
Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti
setahun penuh.” (HR. Muslim)
Bagaimana cara melakukan
puasa ini? An Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama
madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun
jika tidak berurutan maka boleh diakhirkan hingga akhir Syawal dan tetap
mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa
Ramadhan.”
Apa faedah melakukan puasa
enam hari di bulan Syawal?
Ibnu Rojab rahimahullah
menyebutkan beberapa faedah di antaranya:
a. Berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan akan
menyempurnakan ganjaran berpuasa setahun penuh.
b. Puasa Syawal dan puasa Sya’ban seperti halnya shalat
rawatib qobliyah dan ba’diyah. Amalan sunnah seperti ini akan menyempurnakan kekurangan
dan cacat yang ada dalam amalan wajib.
c. Membiasakan berpuasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda
diterimanya amalan puasa Ramadhan. Sebagaimana sebagian salaf mengatakan, “Balasan
dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa
melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan selanjutnya, maka
itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula orang yang
melaksanakan kebaikan lalu dilanjutkan dengan melakukan kejelekan, maka ini
adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah
dilakukan.”
Karena
Allah telah memberi taufik dan menolong kita untuk melaksanakan puasa Ramadhan
serta berjanji mengampuni dosa kita yang telah lalu, maka hendaklah kita
mensyukuri hal ini dengan melaksanakan puasa setelah Ramadhan. Sebagaimana para
salaf dahulu, setelah malam harinya melaksanakan shalat malam, di siang harinya
mereka berpuasa sebagai rasa syukur pada Allah atas taufik yang diberikan.
(Disarikan dari Latho’if Al Ma’arif, 244, Asy Syamilah)
No comments:
Post a Comment