Pondok pesantren dahulu dan sekarang biasanya lebih
dikenal dengan nama daerahnya (desa, dusun, kecamatan) dibandingkan dengan nama
pondok pesantrennya. Sebagaimana pondok lirboyo, ploso, kediri, sarang dan
sebagainya.
Pondok pesantren sarang adalah sebutan yang lazim
digunakan untuk menyebut pondok yang berada di daerah perbatasan Jateng dan
Jatim, tepatnya di Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang. Perintis pondok
pesantren Sarang adalah KH Ghozali, nama kecil beliau adalah Saliyo bin K. Lanah.
K. Ghozali dilahirkan di desa Sarang pada tahun 1184 H. Beliau tumbuh dewasa di
bawah bimbingan ayah beliau K. Lanah yang masih keturunan asli Madura dari desa
Kelampis Bangkalan, yang kemudian hijrah ke Sarang. Kiai dermawan tersebut memulai
perjuangan syiar ilmunya melalui pendirian sebuah surau. Setelah surau itu
jadi, K. Ghozali memanfaatkannya untuk shalat berjamaah dan mengajarkan agama
Islam kepada para pengikutnya (santri).
Dari hari ke hari, pengikut kiai dermawan itu semakin
bertambah sehingga membutuhkan tempat untuk mengajar yang lebih besar. Karena
itu, dari sebuah bangunan surau terus dikembangkan menjadi pondok pesantren.
Namun belum selesai perjuangannya, pada 1859 KH Ghozali dipanggil oleh Yang
Mahakuasa.
Meski Kiai Ghozali telah tiada, bukan berarti pondok
pesantren itu tutup. Perjuangan Kiai Ghozali diteruskan oleh menantunya yang
bernama KH Umar bin Harun. Sejak itu, nama pondok pesantren Sarang semakin
dikenal oleh banyak orang baik masyarakat lokal maupun luar daerah.
Pada saat pondok pesantren berkembang, Kiai Umar tak lagi
sanggup meneruskan perjuangan orang tuanya karena sakit. Kemudian beliau
meninggal pada 1890. Setelah pergantian kepemimpinan, kendali pesantren
dipegang oleh KH Fathurrohman (putra KH Ghozali). Saat ini pondok pesantren
yang berada di daerah Sarang berkembang pesat di antaranya adalah:
1.
MA’HADUL ‘ILMI AS SYAR’I (MIS)
2.
MA’HADUL ‘ULUM AS SYAR’IYYAH (MUS)
3.
AL ANWAR
4.
PONDOK MANSYA’UL HUDA (PMH)
5.
AL AMIN
6.
AL HIDAYAH
7.
NURUL ANWAR
8.
MAHJAR AL AMIN
Pondok pondok di lingkungan sarang letaknya saling
berdekatan sehingga santri-santri yang mondok di salah satu pondok dapat
membaur dengan pondok lainnya. Misal santri Al Anwar dapat mengaji di majlis
pengajian kitab yang diselenggarakan di pondok MUS, santri pondok MUS juga bisa
mengaji di pondok MIS, santri MIS bisa mengaji di pondok manapun yang
dikehendaki dan seterusnya. Tidak ada sekat antara santri pondok satu dengan
yang lain karena para pengasuh dan pendiri pondok pondok yang berada di Sarang
adalah masih satu keluarga. Kerukunan dan kekeluargaan antar santri yang mondok
di Sarang adalah cerminan dari kerukunan dan kekeluargaan kiai pengasuh pondok beserta
keluarganya.
Untuk pendidikan di pagi hari para santri menimba ilmu di
sebuah lembaga yang mereka pilih. Lembaga pendidikan berbasis salafiyah yang
ada di Sarang adalah sebagai berikut:
1.
Madrasah Ghozaliyyah Syafi’iyyah
(MGS)
Lembaga
pendidikan non formal khusus putra terdiri dari santri-santri yang berdomisili
di berbagai pondok pesantren putra yang ada di Sarang dan santri mbajak (santri
kampung sekitar yang tidak mondok)
2.
Madrasah Putri Ghozaliyyah (MPG)
Lembaga
pendidikan non formal khusus putri terdiri dari santri-santri yang berdomisili
di berbagai pondok pesantren putri yang ada di Sarang dan santri mbajak (santri
kampung sekitar yang tidak mondok)
3.
Madrasah Al Syu’aibiyyah Al Ghozaliyyah
Lembaga
pendidikan non formal khusus putri terdiri dari santri-santri yang berdomisili
di berbagai pondok pesantren putri yang ada di Sarang dan santri mbajak (santri
kampung sekitar yang tidak mondok)
4.
Muhadloroh
Lembaga
pendidikan non formal yang dilaksanakan di dalam pondok pesantren Al Anwar yang
terdiri dari santri putra yang berdomisili di pondok Al Anwar putra dan santri
putri yang berdomisili di pondok Al Anwar putri dan tidak sekolah di MGS, Madrasah
Syu’aibiyyah atau di MPG
5.
Dirosah Khosshoh (DKH)
Lembaga
pendidikan non formal yang dilaksanakan di dalam pondok pesantren MUS yang terdiri
dari santri putra yang berdomisili di pondok MUS putra dan santri putri yang
berdomisili di pondok MUS putri dan tidak sekolah di MGS, Madrasah Syu’aibiyyah
atau di MPG
Pondok pesantren sarang adalah pondok penuh berkah yang telah
banyak melahirkan tokoh agama, tokoh masyarakat yang telah teruji keilmuan dan bisa
diterima oleh masyarakat.
No comments:
Post a Comment