Bid’ah adalah Aktifitas yang tidak dijumpai pada masa Rasulullah SAW.
Perbuatan bid’ah akan tertolak dan Rasulullah SAW pun sudah mengingatkan
bahaya bid’ah. Rasulullah SAW bersabda:
أَلاَ وَإِيَّاكُمْ
وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ شَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
”Ingatlah,
berhati-hatilah kalian, jangan sampai membuat hal-hal baru. Karena
perkara yang paling jelek adalah membuat hal baru dan setiap perbuatan
yang baru itu adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah itu sesat.” (Sunan Ibnu
Majah No. 45)
Memahami Al Qur’an dan Hadits tidak cukup secara
tekstual (makna yang tampak). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
terkait asbab nuzulul ayat atau asbabul wurudnya hadits, begitu juga
seperangkat ilmu tata bahasa meliputi nahwu, sharaf, balaghah, manthiq
dan lain lain. Lafadh “kullu” secara harfiyah bermakna “semua” namun
lafadh “kullu” tidak selamanya bermakna “semua” tapi terkadang bermakna
“sebagian” atau “universal” pada satu masa dan “parsial” pada masa yang
lain. Sebagaimana firman Allah:
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاء كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup, apakah mereka beriman?” (Qs Al Anbiya ‘ : 30 )
Ayat di atas memakai lafadh “kullu” tapi tidak berarti Allah menciptakan semua yang hidup berasal dari air. Buktinya Allah menciptakan jin dari api. Demikian juga ayat:
Ayat di atas memakai lafadh “kullu” tapi tidak berarti Allah menciptakan semua yang hidup berasal dari air. Buktinya Allah menciptakan jin dari api. Demikian juga ayat:
وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا
“karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.” (QS: Al-Kahfi Ayat: 79)
Lafadh “kulla safinatin” tidak berarti semua bahtera dirampas oleh raja, tapi sejarah mencatat bahwa bahtera yang dirampas oleh raja adalah bahtera yang bagus saja, sedangkan bahtera yang jelek tidak ikut dirampas.
Demikian halnya hadits bid’ah di atas. Hadits bid’ah tersebut di takhsish oleh hadits:
Lafadh “kulla safinatin” tidak berarti semua bahtera dirampas oleh raja, tapi sejarah mencatat bahwa bahtera yang dirampas oleh raja adalah bahtera yang bagus saja, sedangkan bahtera yang jelek tidak ikut dirampas.
Demikian halnya hadits bid’ah di atas. Hadits bid’ah tersebut di takhsish oleh hadits:
من سنّ في الإسلام سنّة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن
ينقص من أجورهم شيء ومن سنّ في الإسلام سنّة سيّئة كان عليه وزرها ووزر من
عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء (رواه مسلم)
“Barangsiapa yang menciptakan satu gagasan yang baik dalam islam, maka
dia memperoleh pahalanya dan juga pahala orang yang melaksanakanya
dengan tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa yang menciptakan satu
gagasan yang jelek dalam islam, maka dia akan terkena dosanya dan juga
dosa orang-orang yang melaksanakanya dengan tanpa dikurangi sedikitpun”
Atas dasar inilah para sahabat, thabiin dan para ulama salaf berani untuk menciptakan hal-hal baru dalam agama yang tidak dilakukan oleh Rasul, tentunya setelah melakukan pertimbangan yang sangat matang dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah yang ada dalam Islam.
Khalifah Abu Bakar berani memerangi mereka yang menolak zakat, dan mengumpulkan al Quran, Sayidina Umar yang mengumpulkan orang untuk shalat tarawih berjama`ah, menerangi masjid dengan lampu-lampu dan melakukan banyak hal baru dalam kepemerintahannya. Sayidina Utsman yang membukukan Al Quran, dan menggagas ide untuk melakukan dua adzan dalam shalat jum`at. Pemberian titik, tanda juz, waqaf, dan harakat dalam Al Quran yang baru dilakukan di zaman dinasti Umayah, pembukuan dan pengkodefikasian hadits, pembukuan cabang-cabang ilmu syari`ah mulai dari nahwu, Fiqh, tafsir, Ushul fiqh, Balaghah, dan sebagainya. Pendirian menara, madrasah-madrasah, perpustakaan Islam. Perenovasian Ka`bah, dan perluasan Masjid Nabawi. Dan masih banyak lagi hal baru yang dilakukan para ulama untuk kemajuan Islam sehingga Islam menjadi pusat peradaban pada masanya. Dan tak ada satupun dari kita yang menganggap hal yang mereka lakukan sebagai bid`ah yang sesat, justru kita semua sepakat bahwa apa yang mereka lakukan adalah jasa yang sangat besar artinya bagi umat islam. Mereka bukan tidak pernah mendengar bahwa Rasul pernah bersabda “setiap bid`ah adalah sesat”. Justru mereka yang paling mengetahui mengenai maksud bid`ah dalam sabda Rasul tersebut sehingga mereka berani untuk melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan oleh rasul.
Atas dasar inilah para sahabat, thabiin dan para ulama salaf berani untuk menciptakan hal-hal baru dalam agama yang tidak dilakukan oleh Rasul, tentunya setelah melakukan pertimbangan yang sangat matang dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah yang ada dalam Islam.
Khalifah Abu Bakar berani memerangi mereka yang menolak zakat, dan mengumpulkan al Quran, Sayidina Umar yang mengumpulkan orang untuk shalat tarawih berjama`ah, menerangi masjid dengan lampu-lampu dan melakukan banyak hal baru dalam kepemerintahannya. Sayidina Utsman yang membukukan Al Quran, dan menggagas ide untuk melakukan dua adzan dalam shalat jum`at. Pemberian titik, tanda juz, waqaf, dan harakat dalam Al Quran yang baru dilakukan di zaman dinasti Umayah, pembukuan dan pengkodefikasian hadits, pembukuan cabang-cabang ilmu syari`ah mulai dari nahwu, Fiqh, tafsir, Ushul fiqh, Balaghah, dan sebagainya. Pendirian menara, madrasah-madrasah, perpustakaan Islam. Perenovasian Ka`bah, dan perluasan Masjid Nabawi. Dan masih banyak lagi hal baru yang dilakukan para ulama untuk kemajuan Islam sehingga Islam menjadi pusat peradaban pada masanya. Dan tak ada satupun dari kita yang menganggap hal yang mereka lakukan sebagai bid`ah yang sesat, justru kita semua sepakat bahwa apa yang mereka lakukan adalah jasa yang sangat besar artinya bagi umat islam. Mereka bukan tidak pernah mendengar bahwa Rasul pernah bersabda “setiap bid`ah adalah sesat”. Justru mereka yang paling mengetahui mengenai maksud bid`ah dalam sabda Rasul tersebut sehingga mereka berani untuk melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan oleh rasul.
Atas dasar ini juga kita mengenal klasifikasi bid’ah
menjadi bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah. Contoh bid’ah hasanah adalah
shalat tarawih secara berjamaah sebulan penuh, khutbah yang diterjemah
kedalam bahasa selain arab, memulai acara dengan basmalah dipimpin oleh
pemimpin acara, menamai ta’lim dan ceramah agama dengan kuliah subuh
serta amalan lain yang tidak dijumpai pada masa Rasulullah saw akan
tetapi tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar agama Islam.
Semoga bermanfaat
Semoga bermanfaat
Alhamdulillah, sanget bermanfaat dan mencerahkan.
ReplyDeleteMatur nuwun, Ustad... ;)
*) Penting untun dibaca oleh kita semua.
The King Casino - Ventureberg
ReplyDeleteThe King Casino ventureberg.com/ is owned by British casino 바카라 operator Crown Resorts and operated septcasino by Crown Resorts. aprcasino It is owned apr casino by British ADDRESS: CASTLE